Apa Bisa Belajar Menulis Hanya lewat WAG?

 

Apa bisa ya belajar Menulis Cuma lewat WA Group?


Apa bisa ya belajar Menulis Cuma lewat WA Group?

Belajar menulis itu berat, belajar menulis itu susah. Nah apalagi menerbitkan buku. Hal itu saya dapatkan infonya dari banyak guru di Indonesia. Saya ingin berbagi ilmu tanpa harus bertemu. Kita bisa bertatap muka dalam dunia maya. Saya mulai bertanya dalam hati. Apa bisa ya belajar Menulis Cuma lewat WA Group?



 

Dalam refleksi hasil perjalanan saya keliling Indonesia menunjukkan hal itu. Sudah lebih dari 55 kota saya jelajahi, hasilnya sama saja. Guru kesulitan dalam menulis dan menerbitkan buku. Sehingga wajar banyak dari mereka yang mentok di golongan IV A bagi guru PNS. Selain itu, mereka juga sudah malas melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

 

Saya mencoba diskusi dengan kawan-kawan komunitas sejuta guru ngeblog (KSGN), Wow alhamdulilah mereka mendukung dan siap menjadi nara sumbernya. Saya juga menghubungi bapak ketua Ikatan guru TIK PGRI, pak Bambang Susetiyanto agar sertfikat belajar menulis gratis ditandatangi oleh beliau karena organisasi kami sudah terdaftar dengan nama komunitas guru tik dan kkpi serta berbadan hukum dan lolos sebagai organisasi penggerak di kemdikbud.

 

Alhamdulillah, ide kami ini juga mendapatkan sambutan dari ketua umum Pengurus besar  PGRI, Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd. Program belajar menulispun kami jalankan hanya lewat wa group saja. Sekaligus ujicoba apakah program ini bisa kami jalankan gelombang demi gelombang. Kemudian saya melakukan eksperimen. Aha ... sambil menyelam minum air, semoga tidak tenggelam hahaha.

 

Gelombang pertama dibuka. Banyak yang daftar. Peserta belajar menulis cukup banyak. Selalu penuh 256 orang di WA Group. Setiap malam semua narasumber memberikan materinya secara bergantian. Hasilnya? Hanya satu orang saja yang berhasil menulis setiap hari di blognya.

 

Ibu Rosiana memang luar biasa. Beliau menulis setiap hari di blog pribadinya. Rapat KSGN memutuskan memberikan hadiah kejutan berupa buku karya pak Namin dan uang sejumlah satu juta rupiah. KSGN langsung menransfer uangnya ke rekening ibu Rosiana, juga ada tambahan buku dari penerbit dan kawan kawan kuliah S3 Omjay di kampus UNJ. Mereka memberikan donasi buku kepada guru.

 

Awalnya kami telah menyiapkan hadiah sebesar tiga juta rupiah buat blogger atau penulis blog yang mampu menulis setiap hari. Pak Dedi Dwitagama memberikan masukan saat kami makan malam, lebih baik dibagi 3 gelombang saja. Agar semakin banyak yang merasakan hadiah kejutannya. Nah saran pak Dedi Dwitagama bagus juga, kita sepakat memberikan hadiah kejutan buat peserta belajar menulis PGRI yang mampu menulis setiap hari dan dikirimkan ke email omjaylabs@gmail.com.

 

Gelombang kedua kita buka. Kali ini dengan strategi berbeda. Materi diberikan tidak setiap malam. Tapi ada satu hari peserta menulis dan mengerjakan tugas resumenya. Hasilnya cukup lumayan. Sudah mulai banyak yang menyelesaikan tugasnya. Ada sekitar 5 orang guru siap mendapatkan sertifikatnya dan tinggal menunggu mereka menyatukan tulisannya dalam sebuah file untuk diterbitkan menjadi sebuah buku.

 

Ini kejutan luar biasa bagi kami di PGRI. Keren banget hasilnya kalau semua peserta fokus dan lulus. Bila ada 250 peserta fokus menulis, maka akan ada 250 buku baru terbit dan ber-ISBN. Namun sayangnya, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, tidak semua guru fokus mengerjakan tulisannya. Mereka hanya berfokus untuk mengejar sertifkatnya saja yang 40 jam, Tetapi tidak berfokus pada penerbitan bukunya.

 

Padahal kalau saja mereka mau fokus dan duduk sebentar, pastilah bukunya akan jadi. Sebab tidak dibutuhkan otak untuk menulis kata almarhum DR. Nusa putra. Kita hanya butuh pantat. Kita hanya perlu duduk sebentar untuk fokus dalam menulis. Kalau itu dilakukan setiap hari, maka dalam sebulan akan ada 30 artikel yang siap dijadikan buku seperti almarhum Hernowo Hasim. Bukunya banyak sekali dan terbit sebulan 1 buku di usia senja.

 

Penulis buku Andaikan Buku Sepotong Pizza, pastilah akan banyak dibaca para guru dan dinikmati isinya. Pesan mas Hernowo ini masih ada dalam ingatan saya ketika beliau memberikan materinya di acara Teacher Writing Camp (TWC) di kampus UNJ Rawamngun. Setelah kegiatan ini, banyak guru yang sudah sukses dan menerbitkan bukunya.

 

Sekarang, belajar menulis melalui WA group sudah mencapai gelombang 26, kali ini saya melihat banyak sekali guru yang mulai bersemangat menulis. Tapi masih banyak yang lebih banyak menyimak. Mungkin karena menulis belum menjadi kebutuhan seperti makan dan minum. Mereka lebih senang berkomunikasi lewat lisan daripada tulisan.

 

Saya bukan penulis buku best seller, dan saya juga bukan pakarnya dalam dunia tulis menulis. Namun saya belajar banyak untuk membuat tulisan saya lebih menarik dan enak dibaca. Sampai saat ini, Omjay belum bisa buat cerpen, baru bisa menulis kisah nyata saja. Menulis catatan harian seorang guru blogger yang ingin bangsanya maju. Setidaknya saya telah membuktikan bahwa kita bisa belajar lewat aplikasi wa group. Setelah itu posting dan dokumentasikan tulisan kita di blog agar tulisannya banyak dibaca orang lain dan kelak dengan mudah dibuatkan bukunya. seperti buku-buku saya yang diterbitkan dari hasil menulis setiap hari di blog pribadi.

Ingatlah selalu mantra ajaib Omjay. "Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi".

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

Guru Blogger Indonesia

Blog http://wijayalabs.com



Comments

  1. Untuk belajar menulis itu gimana niat kita sendiri , semua orang bisa tapi ada yang mempunyai kemauan yang kuat dan ada yang tidak.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Rangkuman Algoritma dan Pemograman Kelas 7

Siaran Pers 3.043 Pelamar Tetap Jadi Prioritas 1 (P1) pada Seleksi Guru ASN PPPK Tahun 2023 dan Tidak Perlu Tes